Mendung mendukung
Pagi in mendung sangan mendukung. mendukung untuk terus berkerudung, berkerudung sarung. hha. sebenarnya mendung ibarat kamu kalo mau ke toilet tapi gak keluar-keluar. untuk tahun ini mendung di bulan januari tidak akan sehebat mendung dibulan april. bulan april akan menjadi mendung bagi negara Indonesia. kenapa akan menjadi mendung buat Indonesia? mungkin semua orang sudah tahu pada bulan tersebut akan dilaksanakan aksi coblos mencoblos para kaum elit politik ulung yang terus mengibarkan benderanya masing2 setinggi angkasa. buktinya saja saat ini mereka sudah mulai mengerek bendera mereka agar nanti bisa sampai ke puncak. dan perlu digaris bawahi kalo sudah kepuncak mereka akan tidak mau turun hanya bisa melihat saja. walaupun tidak semua akan berakhir seperti itu. kembali kemasalah mendung, mungkin bulan april akan terjadi hujan uang, hujan kaos, makan, kalender, sembako, dan lain2 dan hujan tersebut hanya ada di Indonesia. selain hal tersebut mendung akan mengalami pergeseran dari hakikatnya, mendung akan dikendalikan oleh pawang masing, barang siapa yang paling digdaya dalam mengendalikan mendung mendukung akan mendapatkan suara terbanyak, dan tanahnya akan subur. sekali lagi mendung mendukung hanya sebuah euforia dari aksi coblos mencoblos yang dalam hitungan hari akan segera terlaksna. semoga tahun ini akan melahirkan putra-putri bangsa yang cinta pada ibunya.
Selasa, 14 Januari 2014
Senin, 13 Januari 2014
Mana gotong royong
5 januari 2014, sore hari hujan lebat tanpa henti. perjalanan menuju ke kota perantauan jadi terhambat. akibat dari hujan dan angin pohon besar tumbang di tengah jalan. sekiranya sang pohon sedang marah saat dia tak pernah diperhatikan, akan tetapi hanya dijadikan seenggok peneduh tanpa ada tegur sapa dan terima kasih. Kalo boleh berkata,pohon akan berkata "aku seperti lajang yang hanya kau perlukan saat kamu mau meniduri aku". Dia sudah tergeletak ditengah jalan, dan akses jalan menjadi putus. inisiatif dari beberapa orang dia memotong sang pohon. sempat terkendala karena alat untuk memotong yang tidak mampu memotong sang pohon. sampai akhirnya satu bagian atas pohon bisa diatasi, tinggal memindahkan kepinggir jalan. Herannya harusnya dari pengguna jalan yang ada turun untuk membantu, tapi tidak hanya diam menonton, sya terkejut saat ditempat tersebut ada mobil salah satu partai politik di Indonesia, yang harusnya mereka turun tangan, bukan hanya urung angan saja. Wakil rakyat yang harusnya siap membantu kapan saja tapi malah diam, tidak seperti saat mereka dipanggung sandiwara saat dia mencari suara, mereka seperti singa yang bau mulutnya. tidak hanya itu ternyata rasa gotong royong sudah mulai luntur di negeri tercintaku ini, negeri yang dibangun yang slaha satu asanya adalah gotong royong sudah terkubur sebagian. marilah kita pupuk rasa gotong royong yang penuh nilai kebaikan. Biarkan Indonesia yang dulu tetap menjadi yang dulu tanpa kau ubah-ubah menjadi tak menentu.
Jumat, 03 Januari 2014
Pengolahan Limbah Cair Pada Penyamakan Kulit
Penyamakan kulit, adalah salah satu industri yang ada di Indonesia. Industri ini semakin berkembang. untuk mengolah kulit mentah menjadi bahan siap pakai diperlukan proses cukup panjang. Tentunya proses produksi tersebut menghasilkan limbah yang bisa membahayakan. disini saya akan menguraikan tentang gambaran penyamakan kulit.
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah
kulit mentah menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu
industri yang didorong perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas.
Potensi penyamakan kulit di Indonesia pada tahun 1994 terdiri dari 586 jumlah
perusahaan yang terdiri
dari industri kecil sebesar 489 unit dan industri menengah sebesar 8 unit,
dengan kapasitas produksi sebesar 70,994 ton ( Dirjen industri aneka 1995).
Pada Pelita VI Industri kulit dan produk kulit mempunyai
investasi sebesar 3,746 milyar rupiah dengan penyerapan tenaga kerja 51,399
orang dengan jumlah Produksi 19,122 milyar rupiah dengan nilai ekspor US 7,354
juta.
Industri Penyamakan kulit sebagai salah satu Industri
yang proses limbah yang masih sering dipermasalahkan, dan mempunyai konsekwen
untuk dapat mencemari lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air, tanah
dan udara. Salah satu contoh kasus terjadinya pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh limbah Industri Kulit yang ada di Garut.
Limbah industri penyamakan kulit di Sungkareng, Kabupaten
Garut, Jawa Barat mencemari lingkungan sejak tahun 1920.PemKab Kabupaten Garut
terus berupaya menekan sekecil mungkin tingkat pencemaran limbah itu, terutama
pencemaran di Sungai Cigulampeng dan Sungai Ciwalen, yang dapt menyebabkan rasa
gatal pada kulit manusia, disamping itu limbah yang dihasilkan menimbulkan bau
yang kurang sedap dan sangat menyengat hidung.
Kasus pencemaran juga terjadi di Sungai Siak Pekanbaru,
dimana terlihat dari tingkat Biologial Oxigen Demand (BOD) maupun Chemical
Oxigen Demandnya (COD) yang amat tinggi. Bila di konversi dalam hitungan
pertahun tingakat BOD-nya mencapai 8.021 ton . Parameter BOD adalah kebutuhan
oksigen yang diperlukan untuk membusukkan partikel- partikel organik yang ada
di sungai bersangkutan. Adapun tingkat COD bila di konversi mencapai 18.291 ton
pertahun. Pada saat yang sama sungai yang memiliki rata- rata kedalaman 29
meter tersebut dibebani oleh limbah lemak yang mencapai 56 ton setiap
tahunnya.. Parameter COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi partikel- partikel non- organik.
Akibat buangan limbah
industri yang mencemari Sungai Siak, tercatat 103 jenis ikan terancam
kelestariannya karena spesies- spesies ikan tersebut sangat sensitif terhadap
pencemaran limbah, terutama limbah kimia.
Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 tentang pengendalian
Pencemaran Lingkungan, menjelaskan bahwa tidak diperkenangkan membuang limbah
cair kedalam tanah kecuali mendapat izin dari mentri terkait dan berdasarkan
hasil penelitian. Olehnya itu diharapkan bahwa setiap kegiatan industri yang
mengeluarkan limbah harus dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah,
dengan harapan untuk menekan dampak yang terjadi, sehingga kelestarian
lingkungan dapat teratasi.
- Tujuan
1. Untuk
mengetahui sumber dan karateristik limbah cair industri penyamakan kulit.
2. Untuk mengetahui
proses pengolahan limbeh cair pada Industri Penyamatan kulit.
3. Untuk
mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan dari industri penyamakan kulit
terhadap kesehatan manusia.
4. Untuk
mengetahui tekhnik pengendalian pencemaran industri kulit.
BAB II
TINAJUAN
PUSTAKA
- Proses
Produksi Industri Penyamakan kulit
Industri penyamatan kulit adalah industri yang
mengolah kulit mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak
(leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, semua
bagian kulit mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan
zat penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat
organoleptis, fisis, maupun kimiawi.
Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan
penyamatan kulit,yaitu:
1. Proses Pengerjaan basah (beam house)
2. Proses
Penyamakan (tanning)
3.
Penyelesaian akhir (Finishing)
Masing-
masing tahapan ini terdiri dari beberapa macam proses, setiap proses memerlukan
tambahan bahan kimia dan pada umumnya memerlukan banyak air, tergantung jenis
kulit mentah yang dignakan serta jenis kulit jadi yang dikehendaki.
Secara
prinsip, ditinjau dari bahan penyamak yang digunakan, maka ada beberapa macam
penyamakan yaitu:
a.
Penyamakan Nabati
Penyamakan dengan bahan penyamakan
nabati yang berasal dari tumbuhan yang mengandung bahan penyamak misalnya kulit
akasia, sagawe , tengguli, mahoni, dan kayu quebracho, eiken, gambir, the, buah
pinang, manggis, dll. Kulit jadi yang dihasilkan misalnya kulit tas koper,
kulit sol, kulit pelana kuda, kulit ban mesin, kulit sabuk dll.
b.
Penyamakan mineral
Penyamak dengan bahan penyamak
mineral , misalnya bahan penyamak krom. Kulit yang dihasilkan misalnya kulit
boks, kulit jaket, kulit glase, kulit suede, dll. Disamping itu ada pula bahan
penyamak aluminium yang biasanya untuk menghasilkan kulit berwarna putih (
misalnya kulit shuttle cock).
c.
Penyamakan minyak
Penyamak dengan bahan penyamak yang
berasal dari minyak ikan hiu atau ikan lain, biasanya disebut minyak kasar.
Kulit yang dihasilkan misalnya: kulit berbulu tersamak, kulit chamois ( kulit
untuk lap kaca) dll.
Dalam prakteknya untuk mendapatkan
sifat fisis tertentu yang lebih baik, misalnya tahan gosok, tahan terhadap
keringat dan basah, tahan bengkuk, dll, biasanya dilakukan dengan cara
kombinasi.
Ada
kalanya suatu pabrik penyamkan kulit hanya melaksanakan proses basah saja,
proses penyamakan saja, proses penyelesaian akhir atau melakukan 2 tahapan atau
ketiga- tiganya sekaligus.
Secara garis besar tahapan proses industri penyamakan
kulit sbb:
Urutan
proses pada tahap proses basah beserta bahan kimia yang ditambahkan dan limbah
yang dikeluarkan dapat dilihat pada bagan 2 berikut ini.
a.
Perendaman
(Soaking)
Maksud
perendaman ini adalah untuk mengembalikan sifat- sifat kulit mentah menjadi
seperti semula, lemas, lunak dan sebagainya. Kulit mentah kering setelah
ditimbang, kemudian direndam dalam 800- 1000 % air yang mengandung 1 gram/
liter obat pembasah dan antiseptic, misalnya tepol, molescal, cysmolan dan
sebagainya selama 1- 2 hari. Kulit dikerok pada bagian dalam kemudian diputar
dengan drum tanpa air selama 1/ 5 jam, agar serat kulit menjadi longgar
sehingga mudah dimasuki air dan kulit lekas menjadi basah kembali. Pekerjaan
perendaman diangap cukup apabila kulit menjadi lemas, lunak, tidak memberikan
perlawanan dalam pegangan atau bila berat kulit telah menjadi 220- 250% dari
berat kulit mentah kering, yang berarti kadar airnya mendekati kulit segar
(60-65 %). Pada proses perendaman ini, penyebab pencemarannya ialah
sisa desinfektan dan kotoran- kotoran yang berasal dari kulit.
b.
Pengapuran
(Liming)
Maksud
proses pengapuran ialah untuk:
1) Menghilangkan epidermis dan bulu
2) Menghilangkan kelenjar keringat dan
kelenjar lemak
3) Menghilangkan semua zat-zat yang
bukan collagen yang aktif menghadapi zat-zat penyamak
Cara mengerjakan pengapuran, kulit
direndam dalam larutan yang terdiri dari 300-400 % air (semua dihitung dari
berat kulit setelah direndam), 6-10 % Kapur Tohor Ca (OH)2, 3-6 % Natrium Sulphida (Na2S).
Perendaman ini memakan waktu 2-3 hari.
Dalam
proses pengapuran ini mengakibatkan pencemaran yaitu sisa- sisa Ca (OH)2, Na2S, zat-zat kulit yang larut, dan
bulu yang terepas.
c.
Pembelahan
(Splitting)
Untuk
pembuatan kulit atasan dari kulit mentah yang tebal (kerbau-sapi) kulit harus
ditipiskan menurut tebal yang dikehendaki dengan jalan membelah kulit tersebut
menjadi beberapa lembaran dan dikerjakan dengan mesin belah ( Splinting
Machine). Belahan kulit yang teratas disebut bagian rajah (nerf), digunakan
untuk kulit atasan yang terbaik. Belahan kulit dibawahnya disebut split, yang
dapat pula digunakan sebagai kulit atasan, dengan diberi nerf palsu secara
dicetak dengan mesin press (Emboshing machine), pada tahap penyelesaian akhir.
Selain itu kulit split juga dapat digunakan untuk kulit sol dalam, krupuk
kulit, lem kayu dll. Untuk pembuatan kulit sol, tidak dikerjakan proses
pembelahan karena diperlukan seluruh tebal kulit.
d.
Pembuangan
Kapur (Deliming)
Oleh karena
semua proses penyamakan dapat dikatakan berlangsung dalam lingkungan asam maka
kapur didalam kulit harus dibersihkan sama sekali. Kapur yang masih ketinggalan
akan mengganggu proses- proses penyamakan. Misalnya :
1) Untuk kulit yang disamak nabati, kapur akan bereaksi
dengan zat penyamak menjadi Kalsium Tannat yang berwarna gelap dan keras
mengakibatkan kulit mudah pecah.
2) Untuk kulit yang akan disamak krom,
bahkan kemungkinan akan menimbulkan pengendapan Krom Hidroksida yang sangat
merugikan.
Pembuangan
kapur akan mempergunakan asam atau garam asm, misalnya H2SO4, HCOOH, (NH4)2SO4,
Dekaltal dll.
e.
Pengikisan Protein (Bating)
Proses ini menggunakan enzim protease untuk
melanjutkan pembuangan semua zat- zat bukan collagen yang belum terhilangkan
dalam proses pengapuran antara lain:
1) Sisa- sisa akar
bulu dan pigment
2) Sisa- sisa lemak
yang tak tersabunkan
3) Sedikit atau
banyak zat- zat kulit yang tidak diperlukan artinya untuk kulit atasan yang
lebih lemas membutuhkan waktu proses bating yang lebih lama
4) Sisa kapur yang
masih ketinggalan
f.
Pengasaman (Pickling)
Proses ini dikerjakan untuk kulit samak dan krom atau
kulit samak sintetis dan tidak dikerjakan untuk kulit samak nabati atau kulit
samak minyak. Maksud proses pengasaman untuk mengasamkan kulit pada pH 3- 3,5
tetapi kulit kulit dalam keadaan tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan
dengan pH bahan penyamak yang akan dipakai nanti.
Selain itu pengasaman juga berguna untuk:
1) Menghilangkan
sisa kapur yang masih tertinggal
2) Menghilangkan
noda- noda besi yang diakibatkan oleh Na2gS, dalam pengapuran agar kulit
menjadi putih bersih
1.
TAHAPAN PROSES PENYAMAKAN (TANNING)
Proses
penyamakan dimulai dari kulit pikel untuk kulit yang akan disamakkrom dan
sintan, sedangkan untuk kulit yang akan disamak nabati dan disamak minyak tidak
melalui proses pickling (pengasaman).
a.
PENYAMAKAN
Pada tahap
penyamakan ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni:
1) Cara Penyamakan
dengan Bahan Penyamakan Nabati
a) Cara Counter Current
Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisis
larutan ekstrak nabati + 0,50. Be selama 2 hari, kemudian kepekatan
cairan penyamakan dinaikkan secara bertahap sampai kulit menjadi masak yaitu 3-
4 0Be untuk kulit yang tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli
pakaian kuda, dll sedang untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit sol, ban
mesin dll a pada kepekatan 6-8 0 be. Untuk kulit sol yang keras dan baik biasanya setelah kulit
tersanak masak dengan larutan ekstrak, penyamakan masih dilanjutkan lagi dengan
cara kulit ditanam dalam babakan dan diberi larutan ekstrak pekat selama 2-5
minggu.
b) Sistem samak
cepat
Didahului dengan penyamakan awal menggunakan 200% air, 3%
ekstrak mimosa (Sintan) putar dalam drum selam 4 jam. Putar terus tambahkan zat
peyamak hingga masak diamkan 1 malam dalam drum.
2) Cara Penyamakan
dengan Bahan Penyamakan Mineral
a) Menggunakan
bahan penyamak krom
Zat penyamak krom yang biasa digunakan adalah bentuk
kromium sulphat basa. Basisitas dari garam krom dalam larutan menunjukkan
berapa banyak total velensi kroom diikat oleh hidriksil sangat penting dalam
penyamakan kulit. Pada basisitas total antara 0-33,33%, molekul krom
terdispersi dalam ukuran partikel yang kecil ( partikel optimun untuk
penyamakan). Zat penyamak komersial yang paling banyak digunakan
memunyai basisitas 33,33%. Jika zat penyamak krom ini ingin difiksasikan
didalam substansi kulit, maka basisitas dari cairan krom harus dinaikkan
sehingga mengakibatkan bertambah besarnya ukuran partikel zat penyamak krom.
Dalam penyamakan diperlukan 2,5- 3,0% Cr2O3 hanya 25 %, maka dalam pemakainnya
diperlukan 100/25 x 2,5 % Cromosol B= 10% Cromosol B. Obat ini dilautkan dengan
2-3 kali cair, dan direndam selama 1 malam. Kulit yang telah diasamkan diputar
dalam drum dengan 80- 100%air, 3-4 % garam dapur (NaCl), selma 10-15 menit
kemudian bahan penyamak krom dimasukkan sbb:
- 1/3 bagian dengan basisitas 33,3 % putar selama 1 jam.
- 1/3 bagian dengan basisitas 40-45 % putar selama 1 jam.
-1/3 bagian dengan basisitas 50 % putar selama 3 jam
b) Cara penyamakan
dengan bahan penyamak aluminium (tawas putih)
Kulit yang telah diasamkan diputar dengan:
- 40- 50 % air.
- 10% tawas putih.
- 1- 2% garam, putar selama 2-3 jam lu ditumpuk selam 1
malam.
- Esok harinya kulit diputar lagi selama ½ – 1 jam, lalu
gigantung dan dikeringkan pada udara yang lembabselama 2-3 hari. Kulit diregang
dengan tangan atau mesin sampai cukup lemas.
3)
Cara Penyamakan
dengan Bahan Penyamakan Minyak
Kulit yang akan dimasak minyak biasanya telah disamak
pendahuluan dengan formalin. Kulit dicuci untuk menghilangkan kelebihan
formalin kemudian dierah unuk mengurangi airnya, diputar dengan 20-30 % minyak
ikan, selama 2-3 jam, tumpuk 1 malam selanjutnya digantung dan diangin-
anginkan selam 7-10 hari.
Tanda-tanda kulit yang masak kulit bila ditarikmudah
mulur dan bkas tarikan kelihatan putih. Kulit yang telah masak dicuci dengan
larutan Na2CO3 1%.
b.
PENGETAMAN (Shaving)
Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari kemudian
diperah dengan mesin atau tangan untuk menghilangkan sebagian besar airnya,
lalu diketam dengan mesin ketam pada bagian daging guna mengatur tebal kulit
agar rata. Kulit ditimbang guna menentukan jumlah khemikalia yang akan
diperlukan untuk proses- proses selanjutnya, selanutnya dicuci dengan air
mengalir ½ jam.
c.
PEMUCATAN (Bleaching)
Hanya dikerjakan untuk kulit samak nabati dan biasanya
digunakan asam- asam organik dengan tujuan:
1) Menghilangkan flek- flek besi dari mesin ketam
2) Menurunkan pH kulit yang berarti memudarkan warna kulit
Cara mengerjakan proses pemucatan, kulit diputar dengan
150-2005 air hangat (36- 40 0C ). 0,5-1,0 % asam oksalat selama ½- 1
jam.
d.
PENETRALAN (Neutralizing)
Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak krom
dilingkungannya sangat asam ( pH 3-4) maka kulit perlu dinetralkan kembali agar
tidak mengganggu dalam proses selanjutnya. Penetralan biasanya mempergunakan
garam alkali misalnya NaHCO3, Neutrigan dll.
Cara melakukan penetralan, kulit diputar dengan 200% air
hangat 40-600C. 1-2 % NaHCO3 atau Neutrigan. Putar selama ½- 1
jam.Penetralan dianggap cukup bila ½- ¼ penampang kulit bagian tengah berwarna
kunung terhadap Bromo Cresol Green (BCG) indikator, sedangkan kulit bagian tepi
berwarna biru. Kulit kemudian dicuci kembali.
e.
PENGECETAN DASAR (Dyeing)
Tujuan pengecetan dasar ialah untuk memnberikan warna
dasar pada kulit agar pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal sehingga
cat tidak mudah pecah.
Cat dasar yang
dipakai untuk kulit ada 3 macam:
1) Cat direct,
untuk kulit samak krom
2) Cat asam, untuk
kulit samak krom dan nabati
3) Cat basa, untuk
kulit samak nabati
f.
PEMINYAKAN (Fat liguoring)
Tujuan proses peminyakan pada kulit antara lain sebagai
berikut:
1) Untuk pelumas
serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan tahan getar
2) Menjaga serat
kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya
3) Membuat kulit
tahan air
Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar,
diputar selama ½ – 1jam dengan 150 %- 200% air 40- 60 0C, 4-15%
emulsi minyak. Ditambahkan 0,2- 0,5 % asam formiat untuk memecahkan emulsi
minyak. Minyak akan tertinggal dalam kulit dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk
pada kuda- kuda selama 1 malam.
g.
PELUMASAN (Oiling)
Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit sol samak nabati.
Tujuan pelumasan ialah untuk menjaga agar bahan penyamak tidak keluar
kepermukaan kulit sebelum kulit menjadi kering, yang berakibat kulit menjadi
gelap warnanya dan mudah pecah nerfnya bila ditekuk..
Cara pelumasan, kulit sol sebagian airnya diperah
kemudian kulit diulas dengan campuran:
1) 1 bagian minyak parafine
2) 1 bagian minyak sulfonir
3) 3 bagian air
Kulit diulas
tipis tetapi rata kedua permukaannya, kemudian dikeringkan.
h.
PENGERINGAN
Kulit yang diperah airnya dengan mesin atau tangan
kemudian dikeringkan. Proses ini bertujuan untuk
menghentikan semua reaksi kimia didalam kulit. Kadar air pada kulit menjadi
3-14%.
i.
KELEMBABAN
Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada udara
biasa agar kulit menyesuaikan dengan kelembaban udara sekitarnya. Kulit
kemudian dilembabkan dengan ditanam dalam serbuk kayu yang mengandung air 50-
55 % selama 1 malam, Kulit akan mengambil air dan menjadi basah dengan merata.
Kulit kemudian dikeluarkan dan dibersihkan serbuknya.
j.
PEREGANGAN DAN PEMENTANGAN
Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang. Tujuan
peregangan ini ialah untuk menarik kulit sampai mendekati batas kemulurannya,
agar jika dibuat barang kerajinan tidak terlalu mulur, tidak merubah bentuk
ukuran. Setelah diregang sampai lemas kulit kemudian dipentang dan setelah
kering kulit dilepas dari pentangnya, digunting dibagian tepinya sampai
lubang-lubang dan keriput- keriputnya hilang.
- TAHAPAN
PENYELESAIAN AKHIR (FINISHING)
Penyelesaian akhir bertujuan untuk memperindah penampilan
kulit jadinya, memperkuat warna dasar kulit, mengkilapkan, menghaluskan
penampakan rajah kulit serta menutup cacat-cacat atau warna cat dasar yang
tidak rata.
BAB III
PEMBAHASAN
SUMBER DAN
KARAKTERISTIK LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
- Sumber dan Karakteristik Limbah cair
Menurut David Winter 1984, penggunaan air untuk proses
penyamakan kulit dari tahun ke tahun ada kecenderungan semakin menurun.
Dijelaskan pada tahun 1962 pemakaian air 103 l/ kg tahun 1975 sebanyak 71 l/kg
tahun 1977 turun menjadi 40 l/kg kulit yang diproses. David Winter 1984 dan
Clonvero 1987 cenderung memilih penggunaan air untuk proses ini sebanyak 45
l/kg kulit yang diproses.
Di Indonesia sampai saat ini belum ada penelitian khusus
tentang penggunaan air untuk tiap 25 kg kulit namun berdasarkan pengamatan
pemakaian air berukuran antara 30-70 l/kg kulit mentah.
Tabel I
Kisaran Pemakaian Air pada Proses Penyamakan Kulit.
Macam Proses
|
Pemakaian air l/kg kulit mentah
|
Kulit besar (hide) samak krom.
Kulit besar (hide) samak nabati.
Kulitkecil (skin)
Kulit kecil (skin) berbulu tersamak
|
30- 50
20- 40
30- 60
50- 100
|
Sumber data:
Clanfero 1993
Dilihat dari
asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri penyamakan kulit
dapat dibedakan pertahapan proses sbb:
- Perendaman
(Soaking)
Air limbah soaking mengandung sisa daging, darah, bulu,
garam, mineral, debu, dan kotoran lain atau bahkan bakteri antrax. Pada proses
perendaman air limbah cairnya berbau busuk, kotor, dengan kandungan suspended
solid 0,05- 0,1 %. Menurut
ESCAP 1982, volume limbah soaking berkisar antara 2,5- 4 l/kg kulit, pH 7,5- 8.
Total Solid 8.000- 28.000 mg/l. Suspended Solid 2.500- 4.00 mg/l.
Selain itu UNEP 1991 menambahkan
bahwa air limbah soaking juga mengandung garam dan bahan organic lain yang akan
mempengaruhi BOD,COD,SS.
- Buang bulu dan pengapuran (Unhairing dan liming)
Air pada
proses ini berwarna putih kehijauan dan kotor, berbau menyengat, pH air limbah
pada proses ini berkisar antara 9-10, mengandung kalsium , natrium, sulfide,
albunin, bulu sisa daging, dan lemak. Suspended solid 36%. Menurut CTTE 1979,
ESCAP 1982, bahwa air limbah pada proses unhairing mengandung total solid
16.000-45.000 mg/l, suspended solid 4.500-6.500 mg/l. BOD 1.100-2.500 mg/l, pH
berkisar 10-12.5. Dampak yang ditimbulkan akibat buangan dalam proses tersebut
adalah bahwa air limbah berpengaruh tehadap air, tanah, dan udara. Pengaruh
terhadap air terutama pada BOD, COD,SS, alkalinitas, sulphida, N-Organik, N-
ammonia. Adanya gs H2S pada pencemaran ini menyebabkan terjadinya pencemaran
udara.
- Air limbah buanagan kapur (Deliming)
Air limbah
pada proses deliming mempunyai beban polutan yang lebih kecil dibanding dengan
unhairing dan liming. Menurut CTTE 1979,ESCAP 1982, air limbah pada proses
tersebut mempunyai pH 3-9, total solid 1.200- 12.000 mg/l, suspended solid 200-
1.200 mg/l dan BOD 1.000- 2.000 mg/l. UNEP menambahkan bahwa air limbah
tersebut akan menyebabkan pencemaran air berupa BOD,COD, DS, dan N- ammonia.
Kemudian adanya ammonia akan menimbulkan pencemaran udara.
- Air limbah pengikisan Protein (Degreasing)
Pada
proses ini air limbah yang dihasilkan pencemaran air yang ditunjukkan dengan
tingginya nilai COD,BOD,DS dan lemak. (UNEP 1991).
- Air limbah
Pikel (Pickling) dan Krom (Tanning)
Air limbah dari proses ini akan mengandung bahan protein,
sisa garam, sejumlah kecil mineral dan crome velensi 3 yang apabila tercampur
dengan alkali akan terbentuk chrome hidroksida, pH berkisar antara 3,5-4,
suspendid solid 0,01-0,02 % ( Koziowroski dan Kucharski 1972). Sedangkan CTTE
1979, ESCAP 1982, membedakan antara air limbah partikel dengan penyamakan
chorome sbb:
1) Air limbah pikel volume 2-3 l/kg
kulit, pH 2,9-4, total solid 1.6000- 45.000 mg/l, suspended solid 16.000-
45.000 mg/l, dan BOD 800- 2.2000 mg/l
2) Air lmbah samak chrome, volume 4-5
l/kg, pH 2,6-3,2, total solid 2.400- 12.000 mg/l, suspended solid 300-1.000 mg/
l dan BOD 800- 1.200 mg/l
3) Selain yang tersebut diatas UNEP
menambahkan bahwa air limbah pikel dan krom akan menimbulkan pencemaran air
berupa BOD, COD, SS, DS,, asam garam krom, dan sisa samak nabati
- Air limbah Gabungan Termasuk Pencucian
Pada
buangan air limbah gabungan ini ESCAP menjelaskan untuk volume air 30-35 l/kg,
pH berkisar antara 7.5-10, total solid 10- 25 mg/l, suspended solid 1.250-
6.000 mg/l dan BOD 2.000- 3.000 mg/l.
Untuk
lebih jelasnya beban pencemaran air limbah penyamatan kulit dari beberapa
tahapan proses dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
2
Beban
Pencemaran air limbah penyamakan kulit dari beberapa tahapan proses.
Parameter.
Jenis
air Limbah
|
COD
(mg/l)
|
BOD
(mg/l)
|
S
(mg/l)
|
CR
(mg/l)
|
N.NH3
(mg/l)
|
Lemak
(mg/l)
|
TSS
(mg/l)
|
pH
|
Soaking
Pengapuran
Buang
bulu
Pikel
Samak
Krom
|
40.576,48
10.964.64
18.555.36
7.454,9
|
17.000
3.500
5.800
2.400
|
991.1.
448
86.75
147.2
|
0
0
0
6.254
|
207.68
16.35
57.68
217.28
|
944
632
12.547
10.120
|
31.204
4.154
27.085
17.084
|
12
12
5
4
|
Sunaryo,dkk
1993.
- Sumber dan Karateristik Limbah
Padat
Didalam
proses penyamakan disamping limbah cairjuga menghasilkan limbah padat sebagai
hasil samping. Dikatakan hasil samping karena dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, misalnyasebagai bahan makanan,obat-obatan, kosmetik, pupuk,
kerajinan, dan bahan bangunan lainnya. Bahan padat yang dimaksud antara
lainbulu, sisa trimming,fleshing, sisa split,shaving, buffing, dan Lumpur.
A.
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
PENYAMAKAN KULIT
Limbah cair
industri penyamakan kulit nampak paling menonjol dibandingkan limbah padat
maupun gasnya karena volumenya yang cukup banyak yaitu 30-70 l / kg bahan baku
yang diolah dari awal. Disamping volume yang banyak, zat- zat pencemaran yang
terkandung dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan dampak yang
paling cepat berpengaruh adalah berbau busuk dan kadang- kadang secara visual
nampak berbuih banyak. Secara umum air limbah penyamakan kulit mengandung
bagian- bagian dari kulit seperti bulu, sisa daging, potongan kulit dan bahan
kimia sisa dari yang ditambahkan dalam proses penyamakan kulit.
Seperti yang
terjadi pada pada kasus pencemaran Limbah Industri Kulit Sungkareng , Kabupaten
Garut Jawa Barat., yang mencemari lingkungan sejak tahun 1920.Selain tantangan
untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan membuka pasar, ada satu hal lagi
yang juga menjadi tantangan sejak tiga dekade terakhir yaitu, limbah. Persoalan
limbah sering kali menjadi isu penting. Sejak digunakannya bahan kimia untuk
penyamakan kulit, pada saat itu pula persoalan limbah muncul. Bahan chroom
yang digunakan untuk menyamak kulit ternyata sangat berbahaya bagi kesehatan,
terutama sekali pada kulit manusia. Dampak dari limbah Sukaregang sangat
dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir sungai Ciwalen, yang notabene bukan
kalangan penggiat bisnis kulit. Protes pun mulai bermunculan karena banyaknya
warga di daerah hilir yang mengalami gangguan kesehatan kulit.
Untuk mengantisipasi
peningkatan jumlah limbah yang dibuang ke sungai, pada awal 1980-an, saat Garut
dipimpin oleh Bupati Taufik Hidayat, ada rencana untuk merelokasi sentra
industri kulit Sukaregang, namun tidak terealisasi. Oleh penerusnya, Bupati
Toharudin Gani rencana tersebut kembali dicoba diwujudkan namun tak juga
berhasil.
Karena berbagai
hambatan itu, akhirnya yang dapat dilaksanakan adalah revitalisasi. Artinya, lokasi Sukaregang akan
ditata sedemikian rupa, termasuk ditetapkannya zona-zona industri serta pembatasan
jumlah industri dengan dilengkapi instalasi pengelolaan air limbah (IPAL).
Untuk revitalisasi ini pemerintah pusat memberi bantuan untuk membangun dua
buah instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) pada 1992 agar air dari Sukaregang
dapat kembali bersih saat dialirkan ke sungai. IPAL tersebut baru dapat
beroperasi pada 1994, namun persoalan limbah tidak selesai karena jumlah IPAL
yang ada tidak sesuai dengan jumlah limbah yang dihasilkan industri kulit
Sukaregang. Kesadaran masyarakat pengusaha akan persoalan limbah ini juga
kurang mendukung. Hingga kini hanya beberapa yang mau membangun IPAL sendiri.
Padahal, untuk menangani masalah limbah idealnya setiap perusahaan memiliki
satu mesin recovery sendiri.
Secara garis besar proses pengolahan limbah cair
penyamakan kulit adalah sbb:
Dalam proses produksi Industri
penyamakan kulit ada beberapa tahapan proses pengolahan yaitu:
- Pemisahan
Padatan Kasar
- Segresi
- Ekualisasi
- Koagulasi
- Proses
pengolahan limbah cair
Agar supaya setiap tahapan pengolahan dapat berlangsung
secara efektif maka sebaiknya aliran yang khas dan pekat dipisahkan untuk
melewati tahap pengolahan terlebih dahulu, yaitu penghilangan sulfida,
penghilangan krom kemudian dijadikan satu dalam bak ekualisasi, aliran limbah (
efluent) dengan kandungan maupun aliran keluar untuk tahahp primer.
Dari bak ekualisasi air limbah tersebut diatur pH
kemudian ditambahkan larutan penggumpal dan pengendap yang selanjutnya endapan
dapat dilakukan penanganan lumpur (primer). Penanganan lumpur harus hati- hati
agar tidak terlarut pada proses selanjutnya.
1.
Pemisahan Padatan Kasar
Sebelum diolah air limbah perlu disaring terlebih dahulu
untuk menghilangkan padatan kasar yang dapat menutup pipa, pompa-pompa dan
saluran- saluran. Pada proses ini lebih dari 30% padatan tersuspensi total
dalam cairan air limbah dapat dihilangkan dengan saringan.
2.
Segresi
Pada tahap ini dilakukan pemisahan cairan-cairan limbah
yang mempunyai sifat khas dan memerlukan perlakuan tertentu untuk menangani zat
pencemar agar nanti setelah dicampur dengan cairan limbah yang lain tidak
menimbulkan kontradiksi yang merugikan. Adapun cairan- cairan limbah dari
proses penyamakan kulit yang perlu dipisahkan adalah:
a.
Cairan limbah pengapuran (buang bulu)
Cairan limbah ini banyak mengandung Sulfida dari Na2S
atau NaHS sisa dari proses buang bulu sebagai agensia perontok bulu/ rambut.
Sebelum proses pengolahan segresi air limbah pada proses buang bulu berwarna
putih kehijauan dan kotor, dengan konsntrasi pH 10-12,5 dengan total solid
16.000- 45.000 mg/l. Namun setelah proses pengolahan dapat menetralisir asam,
serta kandungan slfida yang terkandung didalamnya dapat teratasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan dua cara:
1) Oksidasi Katalitik Sulfida, yaitu dengan aerasi dan
pemberian mangan sebagai katalisator. Seharusnya hal ini dilakukan setiap hari
untuk menghindari bau busuk (H2S) dari air limbah tampungan. Aerasi dapat
dilakukan pada tang ki yang memanjang keatas (tinggi) dan udara dihembuskan
dari bagian dasar melalaui difusir atau dapat juga memakai aerator.
2) Pengendapan Langsung
Fero sulfat dan feri klorida dapat digunakan untuk
menghilangkan sulfida dari larutan denganpengendapan. Pengolahan ini akan
menurunkan pH karena hidroksidanya mengendap.
- Cairan
limbah Krom
Pengendapan krom relatif mudah dilakukan, pengendapan
limbah krom dapat mempengaruhi biaya produksi/ pengolahan limbahnya. Pada
pengolahan ini menghasilkan cairan supernatan yang hampir bebas krom dan juga
dapat menurunkan BOD.
3.
Ekualisasi
Proses pengolahan pada bak ekualisasi bertujuan untuk
penghilangan sulfida dan krom agar dapat menghemat air yang dapat mengencerkan
limbah kapran dan cairan limbah krom sebelum diolah lebih lanjut.
Pada tahapan ini juga meningkatkan efisiensi pengolahan
dan untuk menghindari rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran puncak (
peak Flow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan pencampuran seluruh
air limbah.
Praktek pencampuran ini meberi kesempatan terjadinya
proses netralisasi dan pengendapan. Oleh karena itu sebaiknya air limbah
dicampur dengan baik dan intensif, misalnya dengan mixer atau blower mengingat
dalam bak ini padatan tersuspensinya dijaga jangan samapai mengendap dan
kondisi air limbahnya harus aerobik, hal ini dapat dicapai dengan menghembuskan
udara dari dasar bak melaluai beberapa difuser untuk memasok O2 yang intensif.
Tenaga yang diperlukana untuk mengaduk kira- kira 30 watt/m2 air limbah. Jika
dilakukan injeksi udara pada bak sedalam 2-4 m, aliran udara optimalnya 3-4
m3/jam per m2 permukaan bak. Dalam bak ekualisasi dapat dilakukan pergantian
garam- garam aluminium maka penghilangan Nitrogen melalui proses nitrifikasi/
denitrifikasi perlu dilakukan.Pada tahapan ini untuk meningkatkan efisiensi
pengolahan dan untuk menghindari rancangan baik yang diantisipasi untuk aliran
puncak ( peak Flow) maka dilakukan sistem pengaturan laju aliran dan
pencampuran seluruh air limbah.
4.
Koagulasi
Pada tahapan ini dilakukan perlakuan fisiko kimiawi untuk
menghilangkan BOD dan padatan. Dengan perlakuan fisiko kimiawi yang relatif
mudah dan sederhana dapat menghilangkan > 95 % padatan tersuspensi dan BOD
sekitar 70%. Untuk menghilangkan BOD sepenuhnya dapat dilakukan dalam pengolahan
proses biologis selanjutnya.
Perlakuan fisiko kimia terhadap air limbah penyamakan
kulit terdiri dari perlakuan awal dengan pemberian penggumpal yang dilanjutkan
dengan pemberian pengendap sampai dengan pemisahan lumpurannya untuk dibuang.
Efesiensi penggumpalan dapat diperoleh dengan penambahan
larutan pengendap yang berupa larutan polyelektrolit anionik rantai panjang
dengan konsentrasi 1-10 mg/l.
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Skema pengolahan limbah cair dengan Proses Fisika
Kimiawi.
5. Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Biologis
Dalam persyaratan baku mutu air limbah, maka perlu adanya
pegolahan sekunder. Pilihan cara pengolahan sekunder untuk air limbah
penyamakan kulit sbb:
- Filter
biologis
Filter biologis dalam pengolahan limbah penyamakan kulit
sering tidak dipertimbangkan.
- Lumpur
aktif (kolam oksidasi)
Pengolahan lumpur aktif pada prinsipnya adalah
mempertemukan antara air limbah yang mengandung bahan pengencer organik dengan
sejumlah besar bakteri aerob dan mokroorganisme lain yang terkandung dalam
lumpur biologis (lumpur aktif). Pengolahan dengan lumpur aktif berbeban ringan
sangat sesuai untuk air limbah penyamakan kulit. Cara ini dikenal deng oksidasi
kolam PASVEER.
- Lumpur
aktif konvensional
Jika dibandingkan dengan cara konvensional yang berbeban
berat, maka waktu yang diperlukan adalah 2-4 hari dan beban organik yang ringan
lebih mudah menahan variasi keadaan air limbah dan beban mendadak yang menjadi
proses penyamakan kulit, dengan demikian lumpur yang dihasilkan berkurang.
Kolam oksidasi PASVEER relatif lebih murah, dan pemeliharaannya mudah, juka
dioprasikan sebagaimana mestinya dapat menghasilkan air limbah terolah dengan
BOD , 20 mg/l.
Pengolah dengan lumpur aktif konvensional ( bebn berat)
dapat dipilih dengan cara pegolahan sekundernya jika lahan yang ada sangat
tebatas. Oksidasi berlangsung terus menerus dalam bk aerasi karena itu
kebutuhan aerasinya juga agak intensif ( sampai kra- kira 1 Kw/ kg BOD). Waktu
tingga l yang diperlukan hanya 6-12 jam sudah cukup.
- Lagun
(kolam)
Ada pendekatan lain bagi daerah pedesaan atau yang
memiliki lahan luas, yaitu kolam dapat dibuat dengan biaya rendah dan perawatan
pengolahan juga sangat mudah. Ada beberapa pilihannya :
1) Kolam aerob
Dapat mengurangi sampai > 85 % BOD dalam waktu 10
hari, namun biasanya kolam tersebut mengeluarkan pencemaran udara dan
memungkinkan terbentuknya kembali sulfida bersamaan dengan terlepasnya gas H2S. Hal ini
sesuai bila hanya untukpemanfaatan ruang/ ahan dan biaya kolam-kolam tersebut
rendah, sedangkan yang diperlukan hanya membuat kedalaman 3 meter.
2) Kolam
Fakultatif
Dengan 2 lapisan (zone) pengolahan yaitu lapisan aerob
(yang ada di atas, berhubungan dengan udara) dal lapisan anaerob (zone di
bawahnya). Biasanya berukuran lebih besar dari an aerob dan kurang efektif.Kolam
ini lebih mengandalkan kekuatn fotosintetik dengan demikian tergantung pada
perubahan musim dan tidak dapat diperiksa/ dipantau dengan baik.
3) Kolam Aerasi
Kolam ini sudah banyak dioperasikan di banyak perusahaan
dan membutuhkan tenaga 10 – 30 w/m3 yang biasanya digunakan adalah aerator
permukaan mekanik.
B.
DAMPAK INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT TERHADAP KESEHATAN
MANUSIA
Didalam Industri Penyamakan kulit menggunakan bahan-
bahan pembantu yang tersusun dari senyawa- senyawa kimia. Ada yang berwujud
bubuk, kristal, maupun cair, semi liguid yang berbahaya terhadap kesehatan
manusia. Bahan- bahan kimia tersebut akan kontak dengan pekerja Industri
Penyamakan Kulit dengan berbagai macam cara, yaitu melalui kontak dengan kulit
atau dengan cara penghirupan dalam bentuk gas atau uap.
Bahan – bahan yang bersifat korosif dapat menyebabkan
kerusakan pada bagian tubuh yang terkena tumpahan ke kulit, mata atau juga bisa
terminum, tertelan, maupun terhirup ke paru- paru.
Dibawah ini akan dijelaskan akibat yang ditimbulkan apabila
kontak dengan bahan- bahan yang bersifat korosif/ beracun.
- Natrium Sulfida (Na2S), berfungsi pada buangan bulu
pada industri penyamakan kulit. Berupa kristal putih atau kekuningan.
Bereaksi dengan karbon. Bersifat tidak stabil, sehingga dalam proses
penyimpanannya harus dijaga agar terhindar dari pemanasan karena dapat
meledak.
- Asam Sulfida (H2SO4), bersifat korosif dan bersifat
racun terhadap jaringn kulit. Kontak dengan kulit menyebabkan terbakar,
sehingga merusak jaringan. Penghisapan kabut/ uap asam sulfat dapat
menyebabkan inflamasi pada tenggorokan bagian atas sehingga menyebabkan
bronkitis, dan bila kontak dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
kolaps.
- Asam Klorida (HCL), bahan ini merupakan bahan
pengoksidasi yang sangat kuat.Berbahaya jika terkena panas. Pengaruhnya
terhadap kesehatan manusia yang akan menghasilkan methemoglobin dalam
darah serta akan merusak butir- butir darah merah pada akhirnya akan
merusak buah ginjal juga otot- otot hati.
- Asam Format ( HCCOH), bahan mudah terbakar dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, mata, membran mukosa.
- Amonium Hidroksida (NH4OH), suatu bahan apbila
dipanaskan akan mengeluarkan racun yang berbahaya bagi kesehata, uapnya
bersifat racun.
- Natrium Hidroksida (NaOH), berbentuk padat atau
larutan bersifat korosif pada kulit manusia apabila kontak terlalu lama,
dapat menyebabkan kerusakan jaringan tubuh manusia. Penghisapan pada
hidung dapat menyebabkan iritasi pada membran mukosa.
- Senyawa Benzidin (NH2 C6 H4 NH2), apabila kontak
dengan kulit dapat menyebabkan iritasi, dapat menyebabkan kerusakan pada
darah (hemolisis), apabila terhisap menyebabkan mual, muntah-muntah dan
pada akhirnya diikuti dengan kerusakan hati.
- Kalium Permanganat (KMNO4), sangat iritasif, debu
KMNO4 sangat beracun, dapat terhisap melalui pori-pori, dapat menyebabkan
kerusakan pada paru-paru, pernafasan pada bagian atas.
- Formalin (HCHO)., iritasi pada kulit mata membran
mukosa apabila tertelan dapat menyebabkan muntah, diare, kolaps. Bersifat
karsinogenik terhadap paru-paru.
- Arsen (AS), arsen bila tdapat terhisap
melaluerhisap maka dapat menimbulkan menyebabkan muntah, mual dapat
terhisap melalui maka dapat menimbulkan menyebabkan muntah, mual, diare.
Kerusakan arsen menyebabkan kelainan sistem syaraf , kerusakan hati,
gangguan sistem pembuluh darah, pigmentasi kulit serta dapat menyebabkan
kanker.
- Naftol (C10HOH), apabila terhisap dapat menyebabkan
mual, muntah, diare, bahkan anemia. Naftol dapat diserap oleh kulit.
- Phenol (C6H3OH), penyerapan larutan phenol pada
kulit terjadi dengan cepat. Kontak dengan larutan phenol selama 30 menit
sampai beberapa jam dapat menyebabkan kematian, untuk kontak dengan kulit
seluas 64 inchi. Gejala yang timbul apabila seseorang keracunan phenol
yaitu pusing, otot lemah, pandangan kabur, telinga berdengung, napas
terengah-engah.
- Krom (Cr), yang bersifat asam sangat bersifat
korosif pada kulit serta membran mukasid (selaput lendir). Kontak dengan
Cr secara langsung dan terus menerus bagi kulit yang sensitif akan
menyebabkan koreng (ulcer) selebar ujung pensil di sekitar kuku maupun
punggung tangan.
C.
TEKNIK PENGENDALIAN LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT
1.
Penerapan Cleaner Production
Produksi bersih adalah strategi pengelolaan lingkungan
yang bersifat pereventif dan terpadu yang perlu dilaksanakan secara terus menerus
pada proses produksi sehingga mengurangi risiko negative terhadap manusia dan
lingkungan.
Produksi bersih pada proses produksi berarti meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pengguanaan bahan baku, energi, dan sumber daya
lainnya, serta mengganti atau mengurangi jumlah dan toksitas seluruh emisi dan
limbah sebelum keluar dari proses. Pencegahan, pengurangan, dan penghilangan
limbah atau bahan pencemaran pada sumbernya merupakan elemen utama di produksi
bersih. Kegiatan yang merupakan produksi bersih adalah:
a. Penghematan
pemakaian air pencucian/ pembilasan
b. Penghematan
penggunaan zat kimia misalnya penyamakan dengan menggunakan garam krom
dengan kadar larutan cuku dengan 8% tidak perlu dipakai 12%
c. Modifikasi
proses, seperti pada proses pengapuran menggunakan drum dengan jumlah
bahan-bahan yang dipakai dapat dikurang ( air, kapur, sulfida) atau dengan
pemisahan cairan pada proses buang bulu dan pengpuran
d. Pemakaian
tekhnologi dan peralatan yang tepat
2. Pemisahan Krom
Krom dapat dipisahkan dari cairan buangan dengan jalan
penyaringan yang kemudian di daur ulang dengan cara sbb : Air buangan dari
penyamakan kromdan air pencucian (sebanyak 2 x 100 % air) yang sudah bebas dari
padatan diberi larutan magnesium hidroksida, dan diendapkan kira-kira 10 jam,
yang kemudian cairan dipindahkan ke bak lain (dengan pipa penyedot, tetapi
jangan sampai endapannya ikut tersedot). Cairan tersebut bila benar-benar bebas
dari endapan akan mengandung krom kurang dari 2 ppm sehingga bias langsung
dibuang atau dipakai untuk daur ulang.
Endapan yang terjadi kemudian ditambah asam sulphat yang
sesuai, endapan tersebut akan larut dalam waktu sekitar 15 menit dan akan
memberikan suatu larutan krom sebesar 50 gram krom oksida/liter. Pada daur
ulang proses selanjutnya masih membutuhkan penambahan krom kira-kira sejumlah
30 %.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sumber dan karateristik limbah industri penyamakan
kulit ditentukan oleh masing- masing tahapan dalam proses produksi, yang
diawali dengan proses perendaman, buang bulu dan pengapuran, deliming,
degresing, pickling dan tanning serta proses gabungan air limbah pencucian.
2. Proses pengolahan limbah industri penyamakan kulit
terdiri dari 5 tahapan yaitu pemisahan padatan kasar, segresi, ekualisasi,
koagulasi, dan proses pengolahan limbah cair dengan proses biologis.
3. Dampak industri penyamakan kulit terhadap Kesehatan
disebabkan kontak dengan bahan- bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi.
4. Teknik pengendalian industri penyamakan kulit dapat
dilakukan dengan penerapan produksi bersih dan pemisahan krom.
B. SARAN
1. Setiap
industri yang menghasilkan limbah yang berbahaya baik terhadap kesehatan
manusia maupun lingkungan, harus melakukan pengendalian dan pengolahan limbah
sesuai dengan jenis dan karakteristik limbahnya.
2. Perlu
diberikan sanksi hukum dengan tegas bagi pihak industri yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1996. Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan
Industri Penyamakan Kulit, Bapedal, Jakarta.
Anonim, 1999. Kurus Pengelolaan Kualitas Air. Proyek
PCI, Jakarta.
Jhony Wahyudi, 1996. Dampak Industri
Penyamakan Kulit. Jakarta.
Anonim. Industri Pengolahan Air Limbah Industri
Penyamakan Kulit. http:wwwkimpraswil.go.id/balitbang. Diakses 3 oktober
2005.
Anonim. Limbah Industri Kulit Garut Cemari Lingkungan
Sejak 1920. http:www.suarapembaharuan.com diakses 26 Oktober 2005.
Anonim. Pengolahan dan Pemanfaatan Industri Penyamakan
Kulit. http:www. Kompas.com cetak 0302/06., diakses 26 Oktober 2005.
Anonim. Pemerintah Kota Pekanbaru Panggil Pengusaha
Pencemaran Sungai Siak.http:///rds.yahoo.com/ylt=AjxOaAgN, diakses 4
November 2005.
Udin Djabu, dkk. 1990. Pedoman Bidang Studi Pembuangan
Tinja dan Air Limbah. Pusdiknakes, Jakarta.
by zaenab
Wijayadi Swarnam. 2005. Teknologi Limbah Edisi
Spesial. Pusat Pengembangan Teknologi Limbah Cair. Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)